Salah satu permasalahan yang mengenang di INDONESIA yakni perselisihan islam,
Ini adalah tentang ahmadiyah.
Pendiri Jemaat Ahmadiyah yang umumnya dikenal dengan sebutan “Ahmadiyah Qadian” ialah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Menurut cerita orang-orang Ahmadi (pengikut dan penganut Jemaat Ahmadiyah) dan tulisan-tulisan dari literatur-literatur mereka, Mirza Ghulam Ahmad berasal dari keturunan keluarga terhormat. "Mirza" adalah gelar yang biasa diberikan kepada kaum ningrat keturunan raja-raja Islam dari dinasti "Moghul" yang berasal dari Persia (Iran) . Sebutan "Hazrat" biasa diberikan orang kepada wujud-wujud suci , atau para 'alim rabbani. Sedangkan sebutan "Ghulam" merupakan nama famili. Jadi nama asli Mirza Ghulam Ahmad hanyalah "Ahmad". Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dilahirkan pada tanggal 13 Pebruari 1835 bertepatan dengan 14 Syawal 1250 Hijriah, tepat hari Jum'at dikediaman orang tuanya sendiri, "Mirza Ghulam Murtaza", disebuah desa terpencil Qadian, 24 kilometer dari kota Amritsar di Propinsi Punjab hindia.
Dalam tahun 1890 Hazrat Mirza Ghulam Ahmad membuat sebuah karya tulis yang bernama "Fath Islam", disusul oleh kemudian karya berikutnya "Taudhih Maram" dan kedua buku ini terbit pada tahun 1891, bersama-sama dengan buku lain "Izala Auham". Didalam buku-buku tersebut Mirza Ghulam Ahmad mengumumkan pengakuannya bahwa berdasarkan wahyu Allah kepadanya, Allah SWT telah menunjuk dan mengangkatnya sebagai Almasih dan Mahdi yang dijanjikan. Pengakuan Mirza Ghulam Ahmad ini menurutnya didasarkan dan ditunjang oleh banyak ayat-ayat Al-Qur'an (diantaranya 1:7, 24:55, , 61:6, 73:15 dllnya), serta hadits-hadist Rasulullah SAW dan perkataan Nabi Isa sendiri dalam Bibel (diantaranya Yohanes 14:3, Iberani 4:28, Matius 29:39, dll).
Dapat dicatatkan disini bahwa dalam buku Barahin Ahmadiyah, dia masih memegang dan menganut keyakinan yang sama sebagaimana kebanyakan kaum Muslimin ketika itu tentang masalah hidupnya Nabi Isa diatas langit. Akan tetapi pada tahun 1891 ketika dia merasa diberi tahukan oleh Allah lewat wahyu bahwa Nabi Isa a.s. itu telah wafat , Mirza Ghulam Ahmad kemudian merubah pendiriannya itu dengan mengumumkan kepada dunia bahwa nabi Isa a.s. telah wafat seperti nabi-nabi lain juga telah wafat sebagaimana umumnya manusia yang ada didunia ini. Dan Mirza Ghulam Ahmad pun menyebutkan juga bahwa kuburan Isa a.s. terdapat di kota Srinagar, Kashmir ....(lihat, Dard AR, Life of Ahmad, 1948:221). Ilmu pengetahuan modern belakangan ini telah mengungkapkan penemuan-penemuan baru yang mendukung dan membenarkan pernyataan Mirza Ghulam Ahmad itu.(Majalah Selecta 616, Juli 1973 dan majlah Varia Juni 1973).
Selanjutnya pada tahun 1896 di kota Lahore diadakan seminar agama-agama atas prakarsa beberapa tokoh agama yang bercita-cita hendak menghentikan sengketa-sengketa diantara agama-agama yang ada di India. Dalam seminar itu diundanglah wakil-wakil berbagai agama untuk menampilkan lima pokok masalah , dengan syarat isinya tidak menyerang agama lain dan agar diketengahkan argumentasi-argumentasi yang langsung diambil dari Kitab Sucinya masing-masing. Kelima pokok masalah yang yang dijadikan topik perbincangan dalam seminar itu adalah sbb:
1. Keadaan jasmani, akhlak dan rohani manusia.
2. Keadaan manusia sesudah mati.
3. Maksud hidup manusia di dunia ini dan jaln untuk mencapainya.
4. Akibat dan natijah perbuatan dan amal manusia didunia dan di akhirat.
5. Jalan-jalan untuk memperoleh ilmu dan ma'rifat.
Oleh panitia seminar tersebut Mirza Ghulam Ahmad pun diminta ikut ambil bagian dengan mengetengahkan makalah-makalah yang berkaitan dengan topik-topik diatas dan mengetengahkan ketinggian-ketinggian Islam dengan dalil-dalil dari Al-Qur'an. Sebelum seminar itu berlangsung , dari awalnya Mirza Ghulam Ahmad meyakini dirinya telah mendapat wahyu dari Allah bahwa makalahnya akan mengungguli semua makalah yang dibacakan dalam seminar itu. Kabar itu dia umumkan dalam surat-surat selebaran dan brosur-brosur di kota Lahore. Karena Mirza Ghulam Ahmad sendiri tidak dapat menghadiri seminar itu, dia mengirimkan utusannya salah seorang pengikutnya yakni Maulana Abdul Karim yang mendapat kehormatan untuk membacakan makalahnya itu.
Beberapa surat-surat kabar saat itu mengakui dalam laporannya masing-masing akan keunggulan makalah Mirza Ghulam Ahmad tadi seperti yang diutarakan:
"Penampilan tentang agama Muhamammad yang terbaik dan paling menarik yang baru kita jumpai"....(The Theosophical Book Notes, dikutip dari Sinar Islam April 1981).
Makalah tersebut telah diterbitkan dalam berbagai bahasa dunia, diantaranya bahasa Arab dengan nama "Falsafah al ta'alim al Islamiyah", edisi Inggeris dengan nama "The Philosophy of the Teaching of Islam" dan edisi Bahasa Indonesia dengan nama "Filsafat Ajaran Islam"....(Pada tanggal 6 Januari 1997 buku tersebut kembali dibahas dalam suatu Seminar diantara para Rektor Universitas di Yogyakarta dalam acara "Bedah Buku" yang diselenggarakan oleh Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Seminar tersebut dihadiri ±1300 orang peserta dari berbagai kalangan Ahmadi dan non Ahmadi....(NS)...).
Mengenai buku "Filsafat Ajaran Islam" itu sastrawan kenamaan Leo Tolstoy dari Rusia menulis komentarnya: "The ideas are very profound and very true" yakni bahwa gagasan-gagasannya sangat mendalam dan benar". Harian "Bristol Times and Mirror" memberikan ulasan: "Jelas, orangnya bukanlah orang sembarangan, yang berdialog dengan orang-orang Eropa dan Amerika dengan corak demikian". "The Moslem Review meberikan komentarnya: "Penelaah buku-buku ini akan menjumpai banyak pikiran yang benar, mendalam, orisinil, dan mengilhami"....(Sinar Islam April 1981:25).
Semenjak Mirza Ghulam Ahmad "mendakwakan" dirinya sebagai "Al-Masih" dan "Al-Mahdi" yang dijanjikan tak ada lagi waktu terluang baginya untuk berdiam diri dan berpangku tangan . Dia dan para pengikutnya banyak menghadapi perlawanan dari pihak-pihak anti Islam dan juga dari pihak Ulama-Ulama Mainstream Islam sendiri yang melancarkan berbagai tuduhan terhadap dirinya. Pada tahun 1900 Mirza Ghulam Ahmad menyempurnakan "dakwah" nya kepada pihak orang-orang Kristen dengan mengajak "padri-padri" Kristen di kota Lahore supaya "meminta keputusan ilahi" (mubahalah) untuk menentukan siapa yang berdiri dipihak yang benar dan siapa pula yang berdiri dipihak yang batil. Tetapi tantangan itu pun tidak ditanggapi oleh mereka.
Pada tahun 1893, terbit pula karya Mirza Ghulam Ahmad "Aina Kamalti Islam" berisi uraian-uraian yang mencerminkan keindahan dan keluhuran agama Islam dan didalamnya juga termuat ajakan dan dakwah beliau kepada kepada Ratu Victoria dari Inggeris dan seruan kepada Ratu Inggeris itu untuk memeluk agama Islam. Dengan kata-kata yang penuh keberanian Mirza Ghulam Ahmad menulis:
" Wahai Sri Baginda Ratu, Berlimpah-limpah kebajikan Tuhan telah dianugerahkan Tuhan kepada Sri Baginda Ratu daalm urusan duniawi. Kini dambakanlah kerajaan rohani. Bertaubatlah dan taatilah Dia yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai serikat dalam KerajaanNya dan sanjunglah Dia.......Wahai Sri Baginda Ratu, terimalah Islam dan Baginda akan selamat....."( Dard, Life of Ahmad, 1960:9).
Hazrat Mirza Ghulam Ahmad wafat pada tanggal 26 Mei 1908 di Lahore dan dikembumikan di Qadian setelah berpesan kepada para pengikutnya dalam bukunya yang terakhir "Al-Washiyat" ( Lihat, Dard, Life of Ahmad, 1960:15). Mirza Ghulam Ahmad meninggalkan ±400,000 orang pengikut yang sekarang meningkat menjadi ±25 juta orang (1999) yang tersebar di seluruh pelosok dunia . Menarik kesimpulan dari kehidupannya , bahwasanya dirinya melaksanakan tugas-tugas suci sebagai berikut:
1. Memperkenalkan kepada dunia Tuhan Yang Hidup dan Berkata-kata seperti juga dahulu Dia berkata-kata.
2. Menghilangkan segala rintangan dan hambatan yang menghalangi hubungan antara Khaliq dan makhluNya.
3. Memperkenalkan kepada dunia bahwa Qur'anlah satu-satunya kitab suci dan Muhammad SAW satu-satunya nabi yang sanggup menuntun manusia ke jalan kebenaran.
4. Membendung arus orang Islam yang menyeberang keagama Kristen dan menarik orang-orang Kristen kepada Islam.
5. Mengembalikan ummat islam dibawah naungan satu Imam dengan perantaraan khalifah-khalifah pilihan Tuhan.
6. Membuktikan kepada dunia bahwa Islam adalah agama yang hidupyang hidup dan sanggup menjawab segala tantangan dan persoalan yang menyangkut kehidupan ummat manusia di segala zaman.
Mirza Ghulam Ahmad berkata: "Dengarlah hai segala manusia dan saksikanlah bahwasanya Allah yang menjadikan langit dan bumi ini telah memberi kabar ghaib ini kepadaku, bahwa Dia akan menyebarkan jemaat ini keseluruh dunia dan Dia akan memberikan kemenangan kepada jemaat ini di atas golongan lain, semuanya dengan jalan keterangan dan "hujjah"....Aku datang hanya untuk menanam benih ini, dan aku telah menanamnya. sekrang benih ini akan senatiasa tumbuh terus dan niscayalah akan berbuah pula, lagi pula tak ada siapapun yang dapat menghalangi kemajuannya (Ahmad, Tazkirah, tt:635, Dard, 1948:445).
Penafsiran bagi mereka
Seperti umumnya karya tafsir, Tafsir Jemaat Ahmadiyah banyak merujuk ke kitab tafsir yang populer di kalangan umat Islam seperti al-Kasysyâf, al-Bahr al-Muhîth dan lainnya, walaupun terkadang ditemukan kutipan yang tidak tepat atau sempurna, sehingga terkesan sekadar mencari pembenaran klaim tertentu yang sesungguhnya tidak terkandung dalam kutipan tersebut.
Tafsir itu juga menggunakan hadis sebagai penjelas Al-Qur`an dengan merujuk kitab-kitab hadis yang populer di kalangan umat Islam. Demikian juga pandangan para sahabat dan tabi`in sering dikutip dalam tafsir tersebut. Selain menggunakan tafsîr bi al-ma`tsûr (penafsiran dengan hadis, pandangan sahabat dan tabi`in), Tafsir Ahmadiyah menggunakan pendekatan tafsir isyâri, yaitu sebuah penafsiran yang berusaha menangkap isyarat yang terkandung di balik lafal/zahir ayat. Metode penafsiran ini banyak digunakan oleh kalangan sufi. Selain meyakini kebenaran makna zahir yang tersurat dari sebuah ayat, kaum sufi berkeyakinan ada makna lain yang tersirat di balik lafal. Berbeda dengan mereka, kelompok Bathiniyyah juga meyakini makna di balik teks, terutama yang sejalan dengan kepentingan mereka, tetapi meninggalkan makna zahir ayat. Metode penafsiran bathiniyyah biasanya didahului oleh adanya pra-konsepsi, atau kecenderungan terhadap pandangan tertentu yang kemudian dicarikan pembenarannya dari Al-Qur`an. Memang, banyak kesalahan atau penyimpangan dalam tafsir terjadi karena menjadikan Al-Qur`an sebagai alat pembenaran, bukan sumber kebenaran. Al-Qur`an tidak lagi menjadi imâm yang harus diletakkan di depan, tetapi dijadikan sebagai ma`mûm yang mengikuti kehendak pikiran dan hawa nafsu.
Ibnu Taimiyah menyebutkan, kesalahan dalam tafsir, khususnya yang menggunakan pendekatan rasional (tafsîr bi al-ra`yi) dan isyâriy, terjadi karena dua faktor, pertama: seorang penafsir memiliki pandangan tertentu kemudian mencari pembenarannya dari Al-Qur`an; kedua : menafsirkan Al-Qur`an sesuai makna bahasa, tanpa memperhatikan konteks penyebutan dan pemahaman bangsa Arab yang menerima Al-Qur`an.
Kesalahan karena faktor pertama mengambil dua bentuk, pertama : konsep makna yang akan dibangun benar (madlûl), tetapi argumentasi atau dalil yang digunakan tidak tepat karena tidak mengarah ke situ. Bentuk kedua, konsep atau makna (madlûl) yang akan dibangun keliru, demikian pula dalil atau argumentasinya.
Contoh, kelompok Syiah fanatik (râfidhah) menafsirkan QS. Al-Masad/111 : 1, tabbat yadâ abî lahab (celakalah kedua tangan Abu lahab), bahwa 'kedua tangan' dimaksud adalah Abu Bakar dan Umar. Penafsiran ini lahir karena mereka sangat membenci Abu Bakar dan Umar yang dianggap telah 'merampas' hak kepemimpinan Imam Ali. Kata baqarah (sapi) yang diperintahkan untuk disembelih oleh bani Israil pada QS. Al-Baqarah/2: 67 adalah berarti Aisyah. Demikian fanatisme mereka yang berlebihan terhadap Imam Ali dan keluarganya, serta kebencian mereka terhadap lawan-lawan politik mereka (para sahabat) mempengaruhi penafsiran yang mereka lakukan. Padahal tidak sedikit pun ayat-ayat tersebut mengarah pada konsep yang hendak mereka bangun.
Pola penafsiran seperti ini banyak ditemukan dalam tafsir Ahmadiyah. Berangkat dari keyakinan bahwa pemimpin dan pendiri Jemaat Ahmadiah, Mirza Ghulam Ahmad (MGA), sebagai seorang nabi, sekian banyak ayat ditafsirkan untuk mendukung pandangan tersebut. Jadi persoalannya bukan sekadar beda penafsiran, tetapi yang mereka lakukan adalah menjadikan ayat-ayat Al-Qur`an sebagai pembenaran atas klaim kenabian MGA.
Perhatikan misalnya ketika MGA, seperti dikemukakan dalam tafsir Ahmadiyah, mengklaim dirinya telah mendapat jaminan surga berdasarkan firman Allah QS. Yâsîn/36: 20 dan 26, sebab hanya dialah, bukan lainnya, yang mendapat perintah masuk surga, sehingga dia membangun pekuburan surgawi (bahisyti maqbarah) di Qadian yang dikhususkan bagi para Ahmadi (sebutan bagi pengikut Ahmadiyah).
Demikian juga ketika MGA menyatakan bahwa QS. Al-Qiyâmah/75 : 9 sebagai isyarat kebenaran pengakuannya sebagai Masih Mau`ud (Al-Masih yang dijanjikan turun di akhir zaman) dan Imam Mahdi, sebab ketika itu matahari dan bulan kedua-duanya mengalami gerhana. Padahal ayat tersebut tidak sedang berbicara dalam konteks gerhana, apalagi yang terjadi ratusan tahun kemudian saat MGA mendeklarasikan pengakuannya, tetapi menggambarkan keadaan saat kiamat terjadi (seperti nama surah tersebut) yaitu ketika matahari dan bulan dikumpulkan sehingga hancur berantakan.
Selain itu, dalam tafsir tersebut sosok MGA digambarkan sebagai Rasulullah, wakil agung Rasulullah, Masih Maw`ud sekaligus Imam Mahdi, rekan sejawat dan misal Nabi Isa as. Dalam buku yang saya tulis, Menggugat Ahmadiyah; Mengungkap Ayat-Ayat Kontroversial dalam Tafsir Ahmadiyah, terbitan Pusat Studi Al-Qur`an (PSQ) dan Lentera Hati, (2011), saya mengungkap tidak kurang dari 50 ayat dalam Al-Qur`an digunakan untuk membenarkan pemahaman mereka yang menyimpang.
Kekeliruan penafsiran demikian bukan hanya terletak pada konsep atau makna yang akan dibangun, yaitu klaim kenabian MGA yang bertentangan dengan pokok ajaran Islam yang sudah pasti (al-ma`lûm min al-dîn bi al-dharûrah) bahwa tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad saw, tetapi juga pada dalil atau argumen yang melandasinya, sebab secara bahasa tidak mengarah ke situ.
Secara tidak langsung, Ahmadiyah telah 'membonceng', bahkan 'memerkosa' (memaksakan) ayat-ayat Al-Qur`an untuk membenarkan pandangan yang mereka miliki sebelumnya (pra-konsepsi), yaitu MGA sebagai nabi. Dari sini maka sangat beralasan, kalau kemudian banyak lembaga fatwa seperti MUI (1980 dan 2005), Majma` al-Fiqh al-Islamiy di bawah Rabithah al-Âlam al-Islâmiy dan lembaga yang sama di bawah Organisasi Konferensi Islam menyatakan kelompok ini sebagai kelompok sesat, bahkan dinyatakan keluar dari Islam. Wallahua`lam.
Selengkapnya...
Senin, 21 Februari 2011
Pandangan Terhadap Ahmadiyah
Senin, 14 Februari 2011
Negeri Impian
Negeri Impian
Semua negara pasti punya apa yang disebut dengan mimpi. Bukan hanya negaranya, tapi juga rakyat yang terkandung di dalam lautan benua dan alam-alam yang ada di negeri ini. Seperti doa para rasul ketika beliau ingin negerinya aman. Dan doa itu telah diterbitkan oleh Allah pada surat Ibrahim ayat 35,
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. “
Yang dimaksud dalam doa tersebut adalah negeri Mekkah (Mecca, red). Dan doa itu adalah doa yang diucapkan Nabi ibrahim yang telah meninggalkan istrinya, Hajar, dan putranya, Ismail, di samping ka’bah. Dan dimana waktu itu adalah masa penuh dengan perampok dan kekacauan. Beliau, Ibrahim, meminta kepada Allah agar negeri ini aman dan penuh kedamaian. Dan bukan hanya itu, pada zaman nabi ibrahim dulu banyak orang berkeyakinan bahwa berhala adalah Tuhan mereka, oleh sebab itu beliau memohon agar diberi kekuatan keimanan yang kuat supaya berliau tidak terpengaruh dan supaya warga negaranya bisa percaya dan beriman kepada Allah, dan terutama anak cucu dan keluarganya. Beliau juga berdoa agar seluruh keluarganya tidak terpengaruh akhlaq buruk.
Dari doa tersebut, kita dapat berdoa dan meminta kepada Allah agar negeri kita ana, damai tanpa perlakuan yang buruk. Perlu diingat, perkataan adalah doa, Shalat adalah doa, terutama bagi pemimpin negara, kita semua adalah pemimpin negara, kita adalah pemimpin, jadi apa salahnya kalau kita berdoa demi negeri kita.
Dan tidak lengkap kalau berdoa tentang kemakmuran negeri kalau tidak dengan rizqi-rizqinya. Dibawah ini ada doa nabi ibrahim ketika negeri Meccanya dalam keadaan gersang dan tidak ada yang mau membangun pendiaman atau mendiami tempat ini, dan doa tersebut tertulis di al-Qur’an surat al_baqarah ayat 126.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: "Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".
Dan bukan hanya itu, dari dahulu Mecca adalah markas besar berhala, perampok, dan lain sebagainya, yang intinya sama dengan koruptor, pencuri dan kawan-kawannya. Yang menghadang para kabilah dari negeri-negeri utara lembah Mecca yang singgah di tempat ini.
Nabi Ibrahim sangat menyadari bahwa keadaan lembah makkah sangatlah tidak mendukung kasrat kebajikan. Tapi tidak pernah mendapatkan asa yang putus, beliau sangat semangat dan punya tekad yang bulat untuk mengelola dan mengurus tempat seperti ini. Beliau bertawakkal dan menyerahkan semuanya kepada Allah, sehingga dengan tekad bulat beliau untuk mengubah negeri yang tandus dan gersang serta tidak aman ini, menjadi negeri yang makmur, aman, dan berlimpah rizqi. Dengan bekerja keras, percaya diri, dan tidak lupa beliau berdoa kepada Allah agar impian itu terkabul.
Disamping itu, Nabiyullah Ibrahim berupaya lagi dengan cara mendidik keturunannya, anak cucunya dengan akhlaqul karimah dan beriman kepada Allah, yang niatnya agar bisa memunculkan benih-benih kebajikan di negeri Mecca dan semakin membaik dan semakin menipisnya hal-hal atau orang-orang yang berkelakuan buruk. Dan sangat jelas sekali kalau baik buruknya negara itu tergantung penghuni dan tunas-tunas baru yang akan besar. Dan gaka alah pilih lagi, itulah yang kita pakai demi kemakmuran negeri kita.
Dan dapat kita simpulkan bahwa jika kita ingin negeri kita makmur kita perlu menempuh beberapa tangga di bawah ini.
Anak tangga ke-a
a. Membina aklhak, budi pekerti, dan ketaqwaan kepada Allah pada tiap-tia individu dan masyarakat yang tinggal ditempat tersebut. Jadi warga itu ganat menentukan positif negatifnya negara.
Anak tangga ke-b
b. Memupuk rasa memiliki kewajiban pada tiap masyarakat untuk saling membantu kepentingan sesamanya, sehingga tidak ada lagi warga yang terlantar dan hidup kekurangan di lingkungan tempat tinggalny di sunia ini. Hal ini memerlukan upaya pembinaan persaudaraan yang didasarkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah.
Anak tangga ke-c
c. Adalah senantiasa memohon kepada Allah agar dilindungi dari segala macam bentuk gangguan yang dapat merusak rasa aman dan kemakmuran mereka, serta
d. Memupuk rasa memiliki negaranya pada tiap-tiap individu masyarakat di dalam negeri tersebut, sehingga segala macam resiko yang menimpa negerinya selalu ditanggung dan diatasi bersama sehingga tidak menimbulkan kekacauan dan kehancuran.
Naah, karena doa tadi untuk negara Mecca atau negara Ibrahim, maka untuk Indonesia tinggal mengganti kata dengan kata
Coretan ini ku Tujukan Kepada Orang yang Banyak Dicari
Semua orang mencari dirimu. Bukan hanya para pejabat tinggi yang mencarimu, tapi juga pejabat rendah, menengah, dan pejabat-pejabat yang lain (hahaha). Bukan hanya para pejabat, tapi juga pengemis, pemulung, fakir miskin, budak, babu, pengangguran, gelandangan, dan semuanya.
Jangankan mereka, pelajar TK saja mencarimu, bahkan sampai mahasiswa mencarimu. (Huh… aku jadi pengen nich, dicari-cari, hhehe…)
Bukan hanya pejabat, pelajar, dan orang miskin, tapi hingga aparat keamanan kesusahan mencarimu. Kasihan tuh mereka mencarimu.
Tahu gak kenapa kamu dicari??? Karena kamu dzalim, menaruh bukan pada tempatnya tapi mengambil yang bukan haknya. Jadi mereka jengkel denganmu. Mereka sih gak gemen-gemen memberi jabatan ke kamu. Entah kelas kakap, kelas teri, tikus berdasi, pemakan kertas, dan seterusnya. Kamu juga sih yang lupa dengan cita-citamu.
Ingat gak ketika kamu kecil. Kamu selalu didoakan sama ibu biar jadi anak yang pintar, berguna bagi negeri ini, selalu bermanfaat untuk orang banyak, selalu ditanya cita-citamu. Padahal para ibu mengerti kalau kamu belum bisa bicara, tapi kamu sudah ditanya seperti itu.
Dan jika kamu perlu ingat, ketika di SD kamu bersama teman-temanmu membuat suatu cita-cita bersama ingin merasakan kebahagiaan bersama. Dan suatu di SMP yang penuh warna, kamu mulai membentuk jati diri untuk cita-citamu dengan mengikuti kegiatan ekstrakulikuler di SMPmu. Tujuanmu jelas, terarah, semua mendukungmu. Kamulah yang terbaik, kamu menjadi tauladan yang dicari banyak anak-anak di desamu.
Dan apakah kau ingat ketika kamu punya cita-cita dengan gadis sebayamu di SMA. Dia ingin bersama, memajukan Negara ingin selalu bersama, tak pernah berpisah membuat sesuatu tuk jadi yang terbaik.
Semua cita-citamu sudah terlihat dan sekarang kamu sukses tanpa disadari oleh hati tersucimu. Kamu melakukan hal yang tak sepatutnya dilakukan.
Kamu telah memakan yang bukan hakmu. Para petani, pengemis, gelandangan, polisi, dan para WNI telah membayar pajak. Mereka menjual setengah cairan di tubuhnya, menjual tenaganya hanya untuk Rp 23.000 jam 07.00-17.00 wib. Hanya untuk hidup dan membayar pajak, tapi banyak yang kecewa dari pihak petani ini, karena dia merasa kalau uang yang diberikan kepada pengelola Negara diambil dengan entengnya oleh tikus berdasi.
Semua orang pasti mengerti tentang dirimu si Tikus Berdasi. Hidupmu seakan makan apapun yang kamu lihat, sama sekali tidak memikirkan rakyat kecil, martabat negara, orang tua, dan juga harga diri. Daripada mencuri mendingan ikut mencari uang dengan cara mulung. Kenapa, malu?? Gengsi??, justru kerjaanmulah yang memalukan, lebih baik kamu minta uang kepada pengemis daripada kamu korupsi uang pengemis.
Beliau tidak tahu berapa jumlah pengemis di desa, beliau juga tidak tahu apakah pengamen termasuk pengemis, beliau hanya mengira-ngira bagaimana cara mereka mendapatkan uang dari dahulu hingga sekarang beliau selalu berkata, “ada sekitar …, beberapa …, kurang lek …, petani di Indonesia, pengemis di Indonesia”. Pada dasarnya beliau tidak tahu jumlah pastinya. Jadi, hanya mengira-ngira saja. Tahukah ada tawuran antar desa. Di kecamatan terpencil berapa juta kerusakan yang terjadi, apakah engkau tahu, siapa yang mau ganti rugi atas uang yang hilang, dan apakah beliau tahu pekerjaan apa yang dilakukan oleh warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan, pasti jawabnya, “petani, karena disekitar ada sawah-sawah dan ladang-ladang”. Bukan itulah yang kami kerjakan disini, tidak semua warga disini petani, karena cuma beberapa saja yang punya ladang atau sawah sedangkan sebagian wiraswasta.
Buruh tani, itulah kerjaan mereka dan juga cara swasta tadi, pasti gak ngerti. Cobalah sekali-kali kedesa bertanya-tanya tentang warga miskin, daripada mengandalkan anak buah, pakai acara reporter-reporter dan masuk TV pula, selalu dikawal kemana-mana gak berani sendiri, mencari data pun minta tolong orang, hhihi… ^_^. Emang sih itu makhluk sosial. Ya ya ya…
Tapi emang benar semua yang beliau katakan, sekecil apapun pasti dapat kritikan seperti yang tadi... dan sekarang yang kita bahas adalah tentang perkataan “ sudah 7 tahun gaji presiden tidak naik”. Dari kata itulah saya sebagai salah satu desa terpencil yang miskin mencoba untuk mengungkapkan perasaan lewat esay yang kubuat seperti yang tertera di atas. “daripada gaji pemerintah dinaikkan, apakah tidak lebih baik gaji digunakan pembangunan pasar, supaya para pedagang kaki lima tidak berjualan di tepi jalan yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan menimbulkan tak sedikit korban kematian. Terus digunakan untuk bantuan rakyat miskin”. Hahaha... (maunya) 0_0.
Bukan minta uang niat kami, tapi apakah beliau tahu apa yang dimakan setiap hari “nasi, ubi, umbi-umbian”, iya kalau ada, kalau Cuma makan angin dan minum liur. Tapi berkta dialah beliau jadi presiden. Menggunakan hak pilihnya yang sah (masih kurang, pikir???)
Coba lihat Jejak Petualang di Trans7, Andai Aku Menjadi di Trans, mereka merasakan kehidupan dihutan, sulitnya mencari makan, susahnya hidup tanpa gaji. Mereka yang tanpa gaji akan sedih jika tahu kalau beliau meminta naik gaji. Coba saja kalau mintanya bukan naik gaji tapi SEKOLAH BENAR-BENAR GRATIS. Tidak ada uang gedung, saran prasarana, semuanya GRATIS. Mungkin tidak ada lagi gelandangan, pengemis muda, dan sebagainya.
Yah..! benar sekali, manusia memang tempatnya tidak puas. Tapi kalau menganiaya orang tanpa disengaja dan tahu kalau menganiaya masih kurang puas??. Kita perlu tahu hai Manusia, yang ada hukum rimba masih hidup di negara Indonesia ini. “Yang kuat yang kuasa”. Tapi gak harus haus uang atau apalah..
Semua yang tertera di atas adalah pikiran, perasaan yang dipahami rakyat jelata. Dan kami tidak tahu untuk apa uang dari kenaikan gaji tersebut ntar buat pembangunan negara secara individual atau apa. Kami tidak tahu, yang jelas bagi kami yang tak bergaji ini, engkau mengambil uang atau gaji yang bukan hakmu. Daripada beliau yang naik gaji, mending kami, untuk kebutuhan hidup nanti setelah kami selesai atau cukup sisanya disetiap bulan saya kasih ke beliau. Khan memakmurkan. Kami dapat jatah pula. Iya, khan...
Senin, 08 November 2010
jalan menuju tujuan kita
Kita tentu pernah mendengar kisah seorang pelacur yang masuk surga gara-gara memberi minum kepada seekor anjing yang kehausan. Kita juga pernah mendengar kisah seorang pembunuh yang telah membunuh 100 orang akhirnya masuk surga karena tobat. Tambahan lagi kisah seseorang yang tertarik pada agama Islam dan mengutarakannya kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian setelah diberi wejangan Kanjeng Rasul, dia langsung terjun ke medan jihad dan menemui syahid. Spontan.
Ada juga jalan lain menuju surga. Bilal masuk surga karena kedawaman (kesinambungan)-nya dalam mengerjakan sholat sunnah setiap kali selesai wudhu.
Ada juga yang amalan hariannya biasa-biasa saja, bahkan sampai seorang sahabat yang ingin tahu rahasianya sehingga dia disebut Rasulullah SAW dengan sebutan ahli surga (padahal masih hidup) sampai menginap selama tiga hari di rumahnya agar mengetahui rahasianya hampir putus asa. Dia tidak menemukan amalan unggulan sang ahli surga itu, sehingga sang ahli surga mengatakan bahwa dia setiap sebelum tidur dia memaafkan saudara-saudaranya dan tidak mendengki kepada orang lain.
Begitu banyak jalan menuju surga. Akan tetapi, manusia tidak akan bisa menempuh semua jalan itu. Yang diperlukan cukup satu jalan saja, entah lewat jalan yang mana. Jika kita kuat berpuasa, maka di situ ada jalan menuju surga. Jika kita kuat bangun malam, di situ ada jalan menuju surga. Jika kita punya banyak harta, di situ ada jalan masuk surga. Jika kita mempunyai ilmu, di situ ada jalan menuju surga. Jika kita mempunyai orang tua, di situ ada jalan menuju surga. Dan masih banyak lagi jalan menuju surga yang lain.
Kita perlu mengenali potensi kita di mana. Jika kita memang kuat berlapar-lapar ria, mungkin jalan kita ke surga melalui puasa. Jika kita kuat begadang malam-malam, maka bangun malam bisa jadi sarana menuju surga. Begitu juga, jika kita miskin papa, maka jangan menempuh jalan menuju surga dengan sarana harta kita.
Jika diibaratkan dengan mata pelajaran sekolah, maka kita cukup mengejar satu mata pelajaran yang paling berpotensi mendapatkan nilai raport tertinggi. Di situlah kita curahkan segenap kemampuan kita agar mendapatkan nilai raport yang maksimal, nilai 10 (sepuluh).
Bagaimana dengan mata pelajaran yang lain? Cukup mendapatkan angka 6 (enam). Arti angka enam ini adalah kita melaksanakan perintah Allah yang wajib-wajib saja, atau tidak berbuat maksiyat yang menjadikan nilai raport kita menjadi merah. Memang lebih bagus lebih tinggi daripada nilai enam. Tetapi, yang perlu ditekankan di sini kita menspesialisasikan diri kita pada amalan unggulan kita sampai kita mendapatkan nilai tertinggi.
Perlu diingat bahwa seseorang masuk surga itu bukan karena amalnya, akan tetapi karena rahmat Allah SWT. Rasulullah pun masuk surga karena rahmat Allah. Wallahu a’lam.
Selengkapnya...
Ada juga jalan lain menuju surga. Bilal masuk surga karena kedawaman (kesinambungan)-nya dalam mengerjakan sholat sunnah setiap kali selesai wudhu.
Ada juga yang amalan hariannya biasa-biasa saja, bahkan sampai seorang sahabat yang ingin tahu rahasianya sehingga dia disebut Rasulullah SAW dengan sebutan ahli surga (padahal masih hidup) sampai menginap selama tiga hari di rumahnya agar mengetahui rahasianya hampir putus asa. Dia tidak menemukan amalan unggulan sang ahli surga itu, sehingga sang ahli surga mengatakan bahwa dia setiap sebelum tidur dia memaafkan saudara-saudaranya dan tidak mendengki kepada orang lain.
Begitu banyak jalan menuju surga. Akan tetapi, manusia tidak akan bisa menempuh semua jalan itu. Yang diperlukan cukup satu jalan saja, entah lewat jalan yang mana. Jika kita kuat berpuasa, maka di situ ada jalan menuju surga. Jika kita kuat bangun malam, di situ ada jalan menuju surga. Jika kita punya banyak harta, di situ ada jalan masuk surga. Jika kita mempunyai ilmu, di situ ada jalan menuju surga. Jika kita mempunyai orang tua, di situ ada jalan menuju surga. Dan masih banyak lagi jalan menuju surga yang lain.
Kita perlu mengenali potensi kita di mana. Jika kita memang kuat berlapar-lapar ria, mungkin jalan kita ke surga melalui puasa. Jika kita kuat begadang malam-malam, maka bangun malam bisa jadi sarana menuju surga. Begitu juga, jika kita miskin papa, maka jangan menempuh jalan menuju surga dengan sarana harta kita.
Jika diibaratkan dengan mata pelajaran sekolah, maka kita cukup mengejar satu mata pelajaran yang paling berpotensi mendapatkan nilai raport tertinggi. Di situlah kita curahkan segenap kemampuan kita agar mendapatkan nilai raport yang maksimal, nilai 10 (sepuluh).
Bagaimana dengan mata pelajaran yang lain? Cukup mendapatkan angka 6 (enam). Arti angka enam ini adalah kita melaksanakan perintah Allah yang wajib-wajib saja, atau tidak berbuat maksiyat yang menjadikan nilai raport kita menjadi merah. Memang lebih bagus lebih tinggi daripada nilai enam. Tetapi, yang perlu ditekankan di sini kita menspesialisasikan diri kita pada amalan unggulan kita sampai kita mendapatkan nilai tertinggi.
Perlu diingat bahwa seseorang masuk surga itu bukan karena amalnya, akan tetapi karena rahmat Allah SWT. Rasulullah pun masuk surga karena rahmat Allah. Wallahu a’lam.
Langganan:
Postingan (Atom)